ISU-ISU KRITIS MANAJEMEN
ORGANISASI PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latarbelakang Masalah
Kemampuan manusia baik dari segi fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian
itu sangat terbatas. Terbatasnya kemampuan manusia dalam melakukan pekerjaan
mengharuskan manusia untuk membagi pekerjaan, tugas, dan tanggungjawab. Dengan
adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggungjawab, maka terbentuklah suatu
kerjasama dan keterikatan formil dalam suatu organisasi. Kata kunci di sini adalah manajemen dibutuhkan
karena kita selalu berhadapan dengan tantangan berupa keterbatasan
sumber daya. Tidak ada sumber daya yang berlebihan, lebih-lebih untuk kondisi
penjas dan olahraga di Indonesia.
Manajemen
di sini memiliki fungsi utama untuk mengoptimalkan efisiensi, sekaligus
efektivitas pembinaan. Kedua istilah ini terkait langsung dengan sasaran dan
tujuan pembinaan. Sangat besar peluang bahwa pembinaan itu berlangsung dalam
efisiensi amat rendah; jika bukan sebagai pemborosan.
Fungsi manajemen juga terkait dengan
kesehatan organisasi. Organisasi yang sehat, tercermin dari kultur dan
produktivitasnya. Organisasi memiliki budaya yang menjadi pondasi perilaku, dan
budaya itu berakar, antara pada sistem yang berlaku.
Dalam konteks penyelenggaraan
pendidikan jasmani di sekolah atau lembaga lainnya yang relatif dikembangkan dalam
skala kecil, masalah manajemennya memang tidak begitu kompleks. Makin besar
organisasi, makin kompleks kelangsungan fungsi manajemennya. Konsep intinya
adalah: (1) manajemen berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
program; (2) istilah manajemen dan administrasi diartikan sama, namun lebih
disukai untuk menggunakan istilah manajemen; dan (3) manajemen merupakan sebuah
proses yang melibatkan aspek perencanaan, pengorganisasian kepemimpinan, dan
evaluasi.
Makalah ini akan memuat beberapa
bahasan mengenai isu-isu kritis manajemen organisasi pendidikan
jasmani dan olahraga terutama berkaitan
dengan bagaimana manajemen organisasi dilakukan secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan pendidikan jasmani dan olahraga.
2. Rumusan Masalah
a
Bagaimana konsep dasar pendidikan jasmani dan olahraga?
b Bagaimana perencanaan olahraga di lembaga
pendidikan?
c
Bagaimana
isu-isu kritis manajemen pendidikan jasmani
olahraga dan rekreasi?
d Bagaimana strategi implementasi
peran?
3. Tujuan Makalah
a. Untuk mengetahui konsep dasar pendidikan jasmani
dan olahraga.
b. Untuk mengetahui perencanaan olahraga di lembaga
pendidikan
c. Untuk mengetahui isu-isu kritis manajemen pendidikan jasmani olahraga dan rekreasi.
d. Untuk mengetahui strategi implementasi peran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENDIDIKAN JASMANI
DAN OLAHRAGA
1. Pengertian
Secara umum pendidikan jasmani dan olahraga dapat
didefinisikan sebagai berikut. Pendidikan jasmani dan olahraga (Penjasor)
adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga yang
terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari pengertian ini, mengukuhkan bahwa
Pendidikan jasmani dan olaraga merupakan
bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya.
Secara umum pendidikan
jasmani dan olahraga dapat didefinisikan sebagai berikut; pendidikan jasmani dan olahraga adalah proses
pendidikan melalui aktivitas jasmani,
permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan (Agus Mahendra, 2004). Definisi tersebut, sekali
lagi mengukuhkan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian yang tak dapatdipisahkan
dari tujuan pendidikan umum.
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang berkaitan
dengan aktivitas fisik
untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal
fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai
sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai
seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah
suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan
gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak
manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik
dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap
wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang
menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani
yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Pendidikan
jasmani dan olahraga harus menyebabkan Perbaikan dalam pikiran dan tubuh yang
mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seharian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk Pula penekanan pada ketiga domain
kependidikan, yakni; psikomotor, kognitif,
dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert
Gensemer, pendidikan jasmani dilstilahkan sebagai proses
menciptakan "tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa". Artinya dalam tubuh yang baik diharapkan Pula terdapat jiwa yang kuat,
sejalan dengan pepatah Romawi Kuno, "men sang in corporesano"
2. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
a)
Permainan dan olahraga meliputi:
olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor
non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola,
bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri,
serta aktivitas lainnya
b)
Aktivitas pengembangan meliputi:
mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta
aktivitas lainnya
c)
Aktivitas senam meliputi: ketangkasan
sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai,
serta aktivitas lainnya
d)
Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas,
senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya
e)
Aktivitas air meliputi: permainan di
air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas
lainnya
f)
Pendidikan luar kelas, meliputi:
piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki
gunung
g)
Kesehatan, meliputi penanaman budaya
hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan
perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih
makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu
istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek
kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua
aspek.
B. PERENCANAAN OLAHRAGA DI LEMBAGA PENDIDIKAN
Olahraga
pendidikan harus dilakukan dengan mudah baik oleh siswa maupun oleh guru
olahraga itu sendiri. Perencanaan ini penting, sehingga cabang olahraga yang
dipilih dapat dilaksanakan oleh banyak siswa. Beberapa hal penting dalam
perencanan olahraga pendidikan di lingkungan sekolah adalah:
1)
Pilih
cabang olahraga yang
dikenal dan digemari
masyarakat sekolah. Guru olahraga
pelu mengantarkan teknik
dan strategi yang
ada pada cabang olahraga
tersebut, dan untuk keperluan itu guru harus mengetahui teknik dan
karakteristik cabang olahraga yang akan diajarkannya kepada siswa. Memilih
cabang olahraga yang dikenal juga akan membantu guru mudah mengajarkan peran
siswa sebagai wasit, pencatat skor, dan administratur pertandingan olahraga.
2)
Berikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat dalam olahraga. Jika pengajaran olahraga saat ini banyak
mengarah pada format pengajaran yang terpusat pada guru, maka guru olahraga
harus berpindah pada format pengajaran yang terpusat pada siswa. Namun dapat
juga digunakan format terpusat
guru-siswa, dengan membagi
kesempatan yang sama
dalam proses belajar-mengajar. Butir ini juga berarti sekolah dan
instansi terkait harus menyediakan sarana,
prasarana, dan peralatan
pembelajaran olahraga pendidikan yang memudahkan terjadinya interaksi
antara guru dan siswa secara efktif.
3)
Mengenali dan menyiapkan materi yang
dibutuhkan. Guru olahraga perlu mengetahui semua materi yang dibutuhkan. Hal
ini termasuk menyusun jadwal pelatihan, lembar scoring-sheet, lembar analisis
statistik, dan system penghargaan kepada siswa
berprestasi. Guru olahraga
yang baik menyiapkan materi
berbentuk: a) Syarat tanggung jawab seorang pelatih olahraga; b) Jadwal pertandingan; c) Tugas wasit dan pencatat skor; d) Format petugas
wasit dan pencatat skor pertandingan olahraga; e) Informasi keterampilan dan strategi
pertandingan olahraga; f) Sistem keselamatan tertentu dalam pertandingan olahraga; g) Sistem penghargaan
tertentu bagi siswa berprestasi; h) Menyusun
musim pertandingan. Dapatkan
siswa membentuk tim olahraganya
sendiri dengan gaya dan kaos tim yang disukainya. Guru olahraga juga perlu menyusun musim-musim pertandingan
olahraga dan mempublikasikannya kepada para siswa melalui papan
informasi sekolah, sehingga para siswa dapat melihat dan membacanya. Selain itu
juga guru olahraga perlu memperhatikan kaidah-kaidah pertandingan olahraga,
seperti: upaya-upaya pengembangan sikap fair-play, tanggungjawab, kerjasama,
dan nilai-nilai pertandingan lainnya.
C. MANAJEMEN DAN ORGANISASI OLAHRAGA
1) Manajemen Olahraga
Manajemen berasal
dari kata to manage yang berarti
mengelola atau mengatur. Defenisi manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya organiasi lainnya untuk mencapai tujuan
(Bucher&Krotee,1993:4).
Manajemen olahraga
adalah suatu kombinasi keterampilan yang berhubungan dengan perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian, penganggaran, dan evaluasi dalam
kontek suatu organisasi yang memiliki produk utama berkaitan dengan olahraga
(Janet Park,1998:4). Pengkombinasian tersebut perlu SDM yang terlibat dalam
organisasi, bersatu dalam sebuah sistem bahu membahu bekerja untuk mencapai
tujuan.
Manajemen pada organisasi olahraga adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh pimpinan yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pengontrolan, dan penganggaran untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Manajer adalah salah satu orang yang utama dalam
organisasi olahraga karena harus mampu merencanakan, mengambil keputusan,
melakukan koordinasi serta memotivasi produktivitas karyawan dan hubungan antar
pengurus, memahami dan mengerti fungsi-fungsi manajemen.
2) Fungsi-fungsi manajemen olahraga
a)
Perencanaan
Merupakan tindakan
teratur dengan didasari pemikiran yang cermat sebelum melakukan usaha
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan ini terdiri dari 5W+1H,
yaitu: (1) What (apa yang akan dikerjakan /materi apa); (2) why (mengapa
pekerjaan itu dilaksanakan/dasar pertimbangan); (3) who (siapa yang
mengerjakan/pelaksana); (4) how (bagaimana mengerjakannya/tata kerja); (5)
where (dimana akan dikerjakan); (6) when (kapan waktunya).
b)
Pengorganisasian
Merupakan proses aktivitas kerjasama antar fungsi dalam manajemen untuk
mencapai tujuan. Aktivitas ini berusaha menghubungkan orang-orang dan job
deskripsinya agar tidak ada ketumpang tindihan
c)
Penentuan keputusan
Merupakan aktivitas mengahkiri pertentangan mengenai sesuatu hal atau
pemilihan terhadap macam-macam alternatif selama kerja sama berlangsung
d)
Pembimbingan/directing
Merupakan aktivitas memberikan petunjuk atau perintah untuk mempengaruhi
dan mengerahkan anggota dalam kerjasama
e)
Pengendalian
Merupakan aktivitas yang berusaha agar kerjasama itu dapat berhasil
sesuai dengan rencana, perintah, petunjuk serta ketentuan-ketentuan lain yang telah ditetapkan dengan mengawasi,
memerikasa dan mencocokan segala sesuatu, apakah sudah berjalan dengan baik
dalam usaha pencapaian tujuan bersama.
f)
Evaluasi
Merupakan aktivitas yang berusaha memperbaiki dan menyempurnakan segala
segi dalam usaha kerjasama. Aktivitas itu terutama ditujukan kepada struktur
organisasi dan metode kerjasama.
3) Organisasi Olahraga
a
Dasar-dasar Manajemen Struktur Organisasi
Beberapa asas
paling penting meliputi struktur manajemen dari suatu organisasi seharusnya menjelaskan
kebijakkan dan tanggung jawab masing-masing delegasi. Agar tujuan-tujuan dari
organisasi dapat bertemu secara efisien dan sukses, dan jelas pembagiannya
untuk menghindari kebijakan yang bersamaan (kebijakkan yang sama).
Manajemen yang
sukses tergantung pada komunikasi. Komunikasi sangat penting untuk manajemen
yang efektif karena ini membantu menghindari duplikasi dan hal yang tidak perlu
antara pengurus dan stafnya.
Untuk mencapai
tujuan organisasi harus menampilkan banyak perbedaan tugas yang mengenalkan
kemampuan dari berbagai macam spesialis area. Kebijakkan harus sepadan dengan
tanggung jawab, dan garis kebijakkan harus jelas tergambar. Suatu grafik bagan
organisasi adalah digunakan untuk mengilustrasikan garis kebijakkan. Garis ini
harus menjadi jelas dan tidak menimbulkan kerancuan.
D. ISU-ISU KRITIS MANAJEMEN PENDIDIKAN JASMANI
OLAHRAGA DAN REKREASI
Pendidikan di
Indonesia pada saat sekarang ini sudah termasuk kadalam kategori krisis
kepercayaan, hal ini terlihat dari permasalahan-permasalahan yang terjadi
beberapa waktu lalu adanya orang tua murid datang ke sekolah kemudian melakukan
pemukulan terhadap oknum guru, terlepas dari permasalahan apa yang terjadi disekolah sehingga siswa harus pulang kerumah kemudian
mengadu kepada orang tua itu adalah bentuk kegagalan sekolah dalam melaksanakan
manajemen yang ada disekolah, seharusnya setiap permasalahan yang ada disekolah
tidak dibawa pulang dan bisa diselesaikan disekolah kecuali tindakan yang
termasuk pidana.
Lebih spesifik
lagi kita lihat pada pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan rekreasi ada
beberapa isu-isu mengenai kegagalan dalam menerapkan manajemen pendidikan
diantaranya berkaitan dengan guru, pengelolaan pendidikan, mutu pendidikan.
1.
Guru
Penjas di sekolah
Kebanyakan orang (personil yang
ada di sekolah) sudah salah faham mengenai konsep Pendidikan Jasmani. sehingga
guru penjas yang faham pun ikut-ikutan dan menjalankan pembelajaran
penjas seperti "gitu-gitu aja". mungkin kata kasarnya "Cari Aman"
sehingga pendidikan jasmani pun kurang tercapai tujuannya dan kurang terlihat
dampaknya/berkiprah bagi pendidikan di sekolah.
Kebanyakan guru penjas di sekolah-sekolah
sulit untuk memberikan materi dikarenakan sarana dan prasarana kebanyakan
sekolah yang ada di Indonesia kurang mendukung untuk pembelajaran penjas,
sehingga guru penjas harus memodifikasi peralatan yang ada untuk dijadikan
pembelajaran, Guru penjas merasa bingung dikarenakan banyak keluhan dari
guru-guru lain mengenai pelajaran penjas di sekolah, karena siswa kalau sudah
belajar pelajaran penjas kebanyakan siswa ngantuk, bau badan, serta tidak
bergairah untuk belajar lagi.
Guru penjas bingung dikarenakan
kalo ada kejuaraan/kompetisi olahraga, kepala sekolah selalu membebankan tugas
itu kepada guru penjas, padahal tugas guru penjas hanya mendidik siswa ketika
di sekolah bukan untuk melatih olahraga.
Citra guru penjas sudah tercemar
dikarenakan banyak kejadian bahwa guru penjas itu suka mencari uang/berbisnis
pada proses pembelajaran materi. Misalkan dengan memungut biaya yang tidak
rasional kepada siswa ketika renang atau yang lainnya, padahal tidak semua guru
penjas melakukan perbuatan itu.
Guru penjas sering dilecehkan
mengenai pembelajarannya oleh guru lain ataupun pihak lain dikarenakan cara
mengajarnya cukup mudah sekali, istilah kerennya tinggal pegang peluit lalu
duduk santai sambil mengawasi. Padahal makna yang sebenarnya mengenai
pendidikan jasmani itu sangat luas dan rumit tidak sebatas permainan olahraga
saja, tetapi mencakup seluruh kehidupan siswa/orang dalam melakukan kegiatan
sehari-harinya.
Kebanyakan guru penjas sangat
kurang sekali kemampuannya dalam hal menganalisis data statistik, menyusun
Standar kompetennsi, kompetensi dasar, dan lain sebagainya. Dikarenakan
guru penjas dulu sangat kurang sekali pemahamannya. Tapi tidak sedikit guru
penjas sekarang yang mahir dalam hal itu
2.
Isu Program Kurikulum Pendidikan Jasmani di SD
Isu ini dapat ditinjau dari materi
pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan oleh guru. Guru sering
memaksakan anak untuk melakukan aktivitas fisik, yang tugas geraknya terlalu
berat tidak sesuai dengan kemampuan fisiknya. Perilaku guru semacam ini,
melanggar prinsip developmentally appropriate practice (DAP). Keadaan ini diperparah lagi oleh paham dan
keyakinan guru yang berpegang teguh bahwa penguasaan keterampilan olahraga
merupakan tujuan utama dari pendidikan jasmani.
3.
Isu Proses Pembelajaran Terpusat Pada
Guru
Perihal ini memiliki beberapa kelemahan, yakni (a) kurangnya
pengembangan dan variasi aktivitas belajar secara holistik, (b) kurangnya pemahaman dampak kebugaran jasmani dan gaya hidup sehat, (c) kurangnya
pengalaman guru mengintegrasikan aktivitas pendidikan jasmani dengan bidang
lainnya, (d) kurangnya pengembangan aspek afektif sehingga tidak mampu
mengembangkan keterampilan sosial, kerjasama, dan kesenangan anak terhadap
pendidikan jasmani. (e) kurangnya pemberian bantuan kepada anak agar mengerti
emosi yang dirasakannya pada waktu melakukan aktivitas pendidikan jasmani, (f)
kurangnya kemampuan guru dalam melaksanakan tugas ajar terlalu sukar yang
menyebabkan mereka bosan, atau frustrasi, (g) kurangnya jumlah waktu aktif
belajar.
4.
Isu Ketidak Berhasilan Kurikulum Pendidikan Jasmani
Idealnya keberhasilan kurikulum pendidikan jasmani
dapat ditinjau dari terdidiknya seseorang melalui aktivitas jasmani yang
disebut dengan istilah physically educated person (PEP). Istilah ini merujuk kepada standar National
Association for Sport and Physical Education (NASPE). Menurut NASPE (1992); dalam Adang Suherman
(2008:11) di Amerika Serikat karakteristik PEP dimaksud adalah : (a) memiliki
beberapa keterampilan melakukan aktivitas fisik. (b) memiliki kebugaran jasmani
yang baik, (c) dapat berpartisipasi secara teratur melakukan
aktivitas jasmani, (d) mengetahui akibat dan manfaat dari aktivitas jasmani,
dan (e) dapat memahami melakukan aktivitas jasmani menjadi hidup sehat.
5.
Isu Kondisi Pendidikan Jasmani Saat Ini
Pendidikan jasmani saat ini terbilang menyedihkan dan bahkan
sering dilecehkan. Hal ini diungkapkan Balitbang
Diknas (2008:10) yang menyatakan ‘menjelang
ujian akhir di beberapa sekolah, pendidikan jasmani sering tidak dilaksanakan
dengan alasan agar para anak tidak terganggu’.
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Aip Syarifuddin (2002) dalam Balitbang Diknas, (2008:9) yaitu ‘kualitas
guru pendidikan jasmani di beberapa sekolah pada umumnya kurang memadai, mereka
kurang mampu melaksanakan tugasnya secara professional’. Kondisi saat ini menunjukkan banyak
guru, ketika membuka pelajaran, menyuruh
anak hanya senam dan lari sebagai bentuk pemanasan. Kemudian teknik dasar yang diberikan dalam
suasana tegang, karena guru pendidikan jasmani dianalogikan sebagai penegak
kedisiplinan dan kekerasan di sekolah.
Terkadang anak disuruh melakukan bermain, sementara dia duduk di bawah
pohon sambil memegang peluit. Peristiwa
ini telah berlangsung dari waktu ke waktu sehingga tidak terpikir olehnya untuk
menciptakan strategi pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan
E. STRATEGI IMPLEMENTASI PERAN
Pendidikan
olahraga merupakan salah alat untuk menumbuhkembangkan potensi peserta didik
secara optimal, baik pengembangan aspek jasmni maupun aspek rohani sehingga
diharapkan akan melahirkan generasi yang dapat diandalkan. Untuk mencapai
tujuan tersebut kiranya ada beberapa pihak terkait yang mesti kita optimalkan,
diantaranya:
1) Peran Pemerintah
Pemerintah daerah sebagai salah satu pengelola pendidikan sudah barang
tentu memegang peranan yang sangat kursial dalam menetapkan suatu kebijakan,
baik yang berkaitan dengan proses pendidikan secara umum maupun pendidikan
olahraga secara khusus. Dalam menetapkan suatu kebijakan tersebut diharapkan
Pemerintah Daerah mampu untuk memberdayakan para personil yang duduk di jajaran
pengelola pendidikan secara optimal,
baik yang berhubungan
dengan perumusan suatu kurikulum maupun pengadaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
Unit kerja atau personil yang ada pada jajaran pengelola pendidikan
diharapkan dapat menjadi patner kerja yang kondusif bagi para pelaksana
kebijakan (guru) guna mewujudkan program-program yang sudah tersusun dengan
baik. Apalah artinya program yang sudah tersusun dengan baik kalau hanya berkisar pada tataran teoritis
yang tidak diaplikasikan secara optimal. Dengan adanya pemberdayaan para personil
pengelola pendidikan itu diharapkan mampu untuk merefleksikan kegiatan olahraga
pendidikan secara sinergis sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam merumuskan kurikulum yang akan dipakai di sekolah haruslah
berdasarkan pada kebutuhan
peserta didik (Hilda Taba; 1985). Tanpa
adanya kesesuaian sulit kiranya kurikulum yang sudah tersusun dengan baik dapat
diimplementasikan secara optimal. Oleh karena itu dalam merumuskan kurikulum
itu sebaiknya melibatkan berbagai komponen yang terkait dengan perumusan
kurikulum, mulai dari komponen masyarakat, guru, pengusaha, ilmuan dan penentu
kebijakan pada tingkat daerah agar kurikulum yang dihasilkan mampu mengakomodir
berbagai kebutuhan pada berbagai jenjang.
Walaupun hal ini kedengarannya sangat klasik dan sudah sering
dikemukakan oleh para pakar, namun kiranya tidak salah kalau penulis
mengumandangkan kembali bahwa peningkatan sarana dan prasarana merupakan hal
tidak boleh diabaikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan olahraga
secara khusus karena sarana dan prasarana merupakan aspek yang paling penting
untuk merealisasikan program yang telah direncanakan
2) Sekolah
Sekolah sebagai laboratorium lembaga pendidikan secara umum (IPA, IPS,
dan Bahasa) dan pendidikan olahraga secara khusus diharapkan mampu untuk
menterjemahkan program-program yang sudah disusun oleh para aparatur pengelola
pendidikan sehingga ada hubungan yang sinergis antara kebijakan pemerintah
daerah dengan pelaksanaan kegiatan pendidikan olahraga di sekolah. Misalnya,
sekolah harus mengusahakan menyediakan ruang gerak yang memadai agar aspek
jasmani peserta didik dapat berkembang secara optimal. Dengan ruang gerak yang
memadai diharapkan peserta didik mampu untuk merefleksikan kemampuan geraknya
secara optimal. Hal lain yang mesti dilakukan oleh pihak sekolah yaitu
meningkatan kegiatan ekstra kurikuler, karena kegiatan olahraga pada jam
pelajaran dilaksanakan secara umum sehingga bakat peserta didik pada cabang
olahraga tertentu tidak dapat berkembang secara optimal, apalagi alokasi waktu
yang tersedia kurang memadai. Dengan hanya 2 x 40 menit dalam satu minggu sudah
barang tentu tidak mampu untuk mengakomodasi minat dan bakat yang dimiliki oleh
setiap siswa. Dengan ekstra kurikuler diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana
yang paling tepat untuk mengembangkan minat dan bakat peserta didik terhadap
cabang olahraga yang digelutinya.
Namun demikian, dalam
meningkatkan kegiatan ekstra
kurikuler tersebut harus
dilengkapi dengan pengadaan pelatih atau pembina cabang olahraga yang
diekstrakurikulerkan karena tanpa adanya bimbingan dan arahan dari pelatih atau pembina
sulit kiranya dapat
mengembangkan potensi yang
dimiliki peserta didik secara optimal. Oleh karena itu
pengadaan pelatih atau pembina cabang olahraga yang diekstrakurikulerkan harus
segera direalisasikan oleh pihak sekolah agar tujuan dari ekstrakurikuler dapt
tercapai dengan optimal.
Selain itu harus ada kerjasama yang yang kondusif antara personil yang
ada di lingkungan sekolah sehingga
personil satu dengan
yang lainnya dapat
saling membantu dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi
di sekolah. Kepala Sekolah sebagai pemimpin pada tingkat sekolah diharapkan
tidak memposisikan diri sebagai pemimpin yang otoriter yang dengan
sewenang-wenang dapat memerintah guru. Tetapi harusnya Kepala Sekolah
memposisikan diri sebagai patner
kerja yang dapat
saling membantu dalam
menyelesaikan permasalahan
sehingga dapat membantu
guru untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya secara
optimal, seperti memberikan perijinan melanjuntukan studi
ataupun perijinan untuk mengikuti
berbagai penataran yang relevan dengan kebutuhan guru.
3) Lembaga Pendidikan (Fakultas Ilmu Keolahragaan)
Profesi guru sejak dulu hingga sekarang masih hangat dibicarakan orang,
baik di kalangan para pakar pendidikan maupun para pakar lainnya. Bahkan hampir
setiap media massa mengupas atau memuat berita tentang eksistensi guru. Dari
berbagai pemberitaan yang ada kecenderungannya banyak yang melecehkan posisi
guru, baik yang bersifat menyangkut kedinasan maupun persoalan pribadi,
ironisnya guru sendiri nyaris tak mampu untuk melakukan pembelaan diri.
Banyak kalangan yang mengkambinghitamkan guru tatkala prestasi peserta
didik turun secara dariastis, ada yang bilang gurunya kurang berkulitas, kurang berkompeten dan
cercaan lainnya yang menggiring guru pada posisi yang kurang mengenakan.
Kondisi seperti terjadi
pada berbagai disiplin
ilmu, termasuk di dalamnya disiplin ilmu olahraga.
Namun demikian, sikap dan prilaku berbagai kalangan tidak bisa ditolelir
dan memang bukan tanpa alasan karena memang masih ada oknum guru yang masih
melanggar etika atau koridor akademik
yang mestii dilalui. Anehnya
sedikit saja kesalahan yang dilakukan oleh guru mengundang reaksi yang begitu
dahsyat dari berbagai kalangan masyarakat. Mungkin hal ini menunjukkan bahwa guru itu
memang seyogianya menjadi panutan berbagai kalangan masyarakat. Lebih dari sekedar panutan, hal ini
memberikan sinyalemen bahwa keberadaan guru tidak bias digantikan sekalipun dengan peralatan
yang sangat mutakhir. Sebab fungsi dan tugas guru itu tidak hanya sekedar
menyampaikan ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu pembinaan mental dan
ahlak pun menjadi prioritas utama yang harus dilakukan oleh seorang guru (Uzer Usman: 1999).
Hanya saja permasalahan yang dihadapi sekarang ini, sebatas manakah
pengakuan masyarakat terhadap profesi guru yang mulia namun terasa memberatkan
ini, sebab pada kenyataannya masyarakat lebih mengakui bahwa profesi dokter
dianggap paling tinggi. Padahal kalau kita tinjau dari segi pendidikan yang
telah diimiliki, guru pun banyak yang meiliki kualifikasi pendidikan yang
tinggi bahkan ada yang lebih tinggi dari pendidikan seorang dokter (Uzer Usman: 1999).
Terlepas dari pandangan di atas, kita akui bahwa profesi guru lebih mudah
tercemar dibandingkan dengan profesi yang lainnya dalam arti masih banyak orang yang tidak menempuh
jenjang kependidikan keguruan
memaksakan diri untuk menjadi seorang guru hanya karena memiliki pengetahuan tentang apa yang akan
diajarkannya.
Dari ilustrasi di atas, sudah saatnya FIK sebagai salah satu lembaga yang
menghasilkan calon-calon guru
penjas patut didukung
oleh berbagai pihak
yang terkait agar dalam menghasilkan calon guru penjas yang mampu
menjawab berbagai permasalahan di lapangan. Salah satu diantaranya pemerintah
daerah melalui dinas pendidikan harus menjadi patner kerja yang dapat
memberikan gambaran tentang profil guru penjas yang dibutuhkan oleh masyarakat
sehingga FIK sebagai lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru penjas mampu
mensintesa hal-hal apa saja yang harus diprogramkan dalam pelaksanaan
perkuliahan.
Selain itu juga FIK sebagai lembaga pendidikan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
olahraga diharapkan sering menyelengarakan kegiatan lokakarya atau seminar yang
berhubungan dengan perkembangan dunia pendidikan olahraga supaya para guru
penjas dapt mengikuti perkembangan dunia pendidikan olahraga sebagai bekal
untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru penjas.
4) Guru
Namun menurut hemat penulis, segala upaya yang telah dilakukan tidak
akan berdampak positif pada perkembangan dunia pendidikan olahraga tanpa adanya
komitmen yang baik
dari guru itu
sendiri sebagai pelaksana di lapangan, sebab pengembangan kompetensi yang dimiliki
oleh guru merupakan tanggung jawab guru secara pribadi, adapun elemen yang
telah diuraikan hanyalah sebagai fasiltator guna membantu guru dalam
meningkatkan profesinya. Oleh karena itu guru harus lebih proaktif dan peka
terhadap berbagai perubahan yang terjadii dalam dunia pendidikan.
Mengenai
konsep penjas yang sudah melenceng sedikit tetapi dampaknya sangat fatal karena
tergelincirnya pemahaman konsep itu bisa menimbulkan dampak yang sangat
berarti. Dalam hal ini khususnya pemahaman kebanyakan orang mengenai konsep
Pendidikan Jasmani ini sudah meluas sekali. Untuk meluruskan
konsep menganai penjas maka kita semua selaku pelaku/pihak-pihak yang terkait
mengenai penjas harus bersatu untuk meluruskan konsep kemudian bersatu untuk
mensosialisasikannya mulai dari dunia pendidikan yang sekolah mulai dari
jenjang Sekolah Dasar, Menengah, hingga perguruan tinggi. semuanya harus
bersatu untuk mencapai tujuan yang sama, maka dengan cara ini mungkin permasalahan
ini bisa diatasi.
Dalam urusan
sarana dan prasarana yang mendukung mata pelajaran penjas, peralatan yang
dibutuhkan sebenarnya cukup banyak, oleh karena itu jika
disekolah tidak ada atau kekurangan maka guru dituntut untuk memodifikasi
pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
1)
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada
hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya.
2) Perencanan olahraga pendidikan di lingkungan sekolah adalah a. Pilih cabang
olahraga yang dikenal
dan digemari masyarakat
sekolah. b. Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat dalam olahraga. c. Mengenali dan menyiapkan materi yang
dibutuhkan.
3) Isu-isu kritis manajemen organisasi pendidikan
jasmani olahraga kesehatan dan rekreasi yang berkembang pada saat ini adalah
mengenai guru Penjas disekolah, Isu Program Kurikulum
Pendidikan Jasmani di SD, Isu Proses Pembelajaran Terpusat Pada
Guru, Isu Ketidak Berhasilan Kurikulum Pendidikan Jasmani, Isu Kondisi Pendidikan Jasmani Saat Ini.
4) Implementasi pengembangan olahraga
pendidikan. Pendidikan olahraga merupakan salah alat untuk menumbuhkembangkan
potensi peserta didik secara optimal, baik pengembangan aspek jasmni maupun
aspek rohani sehingga diharapkan akan melahirkan generasi yang dapat
diandalkan. Untuk mencapai tujuan tersebut kiranya ada beberapa pihak terkait
yang mesti kita optimalkan, diantaranya: pemerintah daerah, sekolah, lembaga pendidikan (Fakultas
Ilmu Keolahragaan).
DAFTAR PUSTAKA
Bucher, Charles
A., and Krotee, Marc L., Management of Physical Education and Sport,
McGraw-Hill, Boston, 2002.
Menteri Negara
Pemuda dan Olahraga, Pola Dasar Pembangunan Olahraga, Kantor Menpora, Jakarta,
1994.
http://marufulkahri.blogspot.co.id/2016/09/masalah-pendidikan-jasmani-saat-ini.html
http://sawfadise.blogspot.co.id/2015/06/permasalahan-guru-penjas-di-sekolah-dan.html